A. Pengertian Kepercayaan
Hosmer
(1995:379) menyatakan bahwa para ilmuan memperlihatkan kesamaan
pendapat bahwa kepercayaan merupakan unsur yang penting dalam
perilaku atas masalah-masalah
kehidupan manusia.
Waber menyatakan
bahwa pertukaraan barang-barang dimungkinkan hanya pada dasar keyakinan
personal yang mempunyai jangkauan panjang dan kepercayaan.
Kepercayaan adalah
pengharapan positif bahwa orang lain tidak akan membohongi dan
mengecewakan anda. Sangat dibutuhkan dalam berbagai macam hal, mulai
dari berbisnis, dalam masyarakat, keluarga, organisasi, dan lainnya.
Kepercayaan akan tumbuh ketika adanya keakraban juga pengalaman. tidak
mungkin kepercayaan akan diberikan begitu saja kepada orang yang tidak
dikenal. Kepercayaan juga modal yang sangat besar untuk memulai atau
melanjutkan suatu hubungan antar individu atau organisasi. suatu kerja
sama akan berlanjut karena kepercayaan, sebaliknya karena
ketidak-percayaan hubungan akan terputus.
B. Kepercayaan dan Kepemimpinan
Kepercayaan
sangat menentukan keberhasilan koordinasi suatu pekerjaan adalah datang dari
seorang pimpinan unit pada karyawannya. Atau sebaliknya kepercayaan karyawan
terhadap pimpinannya.
Menurut Robbins et al. dalam
bukunya berjudul “Management” (2000), para peneliti telah menemukan lima
komponen dari suatu kepercayaan karyawan terhadap pimpinannya, yaitu:
1. Integritas, menuju pada kejujuran dan nilai kebenaran sang
pimpinannya. Dari lima dimensi tersebut, dimensi ini tampak paling penting
ketika seseorang menilai sifat dapat dipercaya atas pihak lain ‘’ tanpa
pemahaman akan karakter moral dan kejujuran dasar” orang lain, dimensi
kepercayaan lain tidak ada artinya.
2. Kompetensi, dimana sang pimpinan memiliki pengetahuan dan
ketrampilan teknis dan hubungan antarpersonal. Anda harus mempercayai sesorang
yang empunyai keterampilan dan kemampuan untuk menjalankan apa yang ia katakan
dan dilakukannya.
3. Konsistensi, yakni dapat diandalkan, kemampuan memrediksi,
dan mengatasi setiap persoalan.
4. Loyalitas, dimana sang pimpinan memiliki keinginan kuat
melindungi dan menjaga karyawannya.
5. Keterbukaan, dimana pimpinan tidak segan berbagi gagasan
dan informasi dengan bebasnya.
Kouzes &
Posner menyimpulkan bahwa yang paling utama dalam sifat pemimpin adalah
kejujuran berdasarkan penelitiannya dengan
20.000 responden yang ada di 4 benua.
Anda jangan
mengharapkan dipercaya atau diangkat menjadi pemimpin jika seseorang yang
mengangkat mu sudah mengetahui anda tidak memiliki kejujuran. Sekali anda tidak
jujur, seumur hidup orang tidak akan mempercayaimu. Sangat sulit dibayangkan
seseorang diangkat sebagai pemimpin yang sudah tidak dipercaya oleh pengikut
atau bawahannya. Oleh sebab itu esensi kepemimpinan adalah kepercayaan.
Jelas sekali
bahwa jika kita bersedia mengikuti seseorang, kita semula ingin meyakinkan diri
bahwa pemimpin tersebut dapat layak memperoleh kepercayaan. Kita ingin tahu
bahwa pemimpin tersebut tulus, etis, dan berprinsip. Kita ingin sepenuhnya
yakin tentang integritas pemimpin kita.
Kepercayaan akan
datang dengan sendirinya, sesuai dengan sikap yang seseorang. Kepercayaan mudah
sekali luntur. Sekali saja berbohong maka akan sulit untuk dipercaya lagi,
bahkan sampai diberi label pembohong. Maka untuk mendapatkan kepercayaan bukan
hal yang mudah dan membutuhkan waktu yang lama.
Pimpinan unit
berperan sebagai seorang pemimpin di unitnya. Sekaligus dia sebagai supervisor,
konselor, dan manajer. Dia harus peka dan responsif terhadap apa yang dikehendaki
karyawannya. Para karyawan akan mempercayai pimpinannya kalau saja sang
pimpinan mau menjadi pendengar yang baik. Dia harus selalu siap ketika karyawan
akan berkonsultasi masalah apapun dengannya. Siap membuka pintu kantornya untuk
mendengar segala keluhan karyawan. Lalu ditindaklanjuti dalam bentuk tindakan
nyata dan hindari banyak janji pada karyawan.
Jika pemimpin
tidak dapat dipercaya maka organisasi akan hancur.
C. Tiga Jenis Kepercayaan
Dalam hubungan organisasi ada tiga, yaitu:
1).
Kepercayaan berbasis pada kekuatan
akan berfungsi hanya pada tingkat bahwa hukuman itu mungkin, konsekuensi
nya jelas dan hukuman sesungguhnya dijatuhkan jika kepercayaan dilanggar. Lebih
dari itu potensi kerugian dari interaksi masa depan dengan pihak lain harus berimbang dengan potensi yang
diperoleh dari melanggar pengharapan. Terlebih lagi pihak yang berpotensi
dirugikan harus mau memperkenalkan ancaman pada orang yang melanggar
kepercayaan tersebut.
Contoh dari kepercayaan berbasis kekuatan adalah hubugan manajer
dengan karyawan baru. Sebagai karyawan, anda umumnya percaya pada bos baru walaupun sedikit saja pengalaman
yang bisa menjadi landasan bagi kepercayaan anda. Ikatan yang menciptakan
kepercayaan terletak pada wewenang yang ditanggung oleh bos
dan hukuman yang dapat dijatuhkannya jika anda gagal memenuhi
kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan pekerjaan anda.
2).
Kepercayaan berbasis pada pengetahuan sebagian besar hubungan
organisasi berakar pada kepercayaan berbasis pengetahuan. Kepercayaan yang didasarkan
pada predictabilitas perilaku yang berasal dari riwayat interaksi kepercayaan
itu ada jika anda memiliki informasi yang memadai tentang seseorang sehingga
anda memhami bahwa mereka cukup mampu memperkirakan secara tepat perilaku
mereka.
Kepercayaan ini mengandalkan informasi dan bukannya
ketakutan. Pengetahuan pihak lain tentang predictabilitas tentang perilakunya
menggantikan kontrak hukuman dan kesepakatan hukum yang lazim yang terdapat
pada kepercayaan berbasis ketakutan. Pengetahuan ini berkembang dari waktu ke
waktu, umumnya sebagai fungsi dari pengalaman yang membangun kepercayaan akan
sifat dapat dipercaya dan
predictabilitas. Semakin baik anda mengenal seseorang semakin akurat anda dapat
memperkirakan apa yang dia lakukan.
Yang menarik, pada tingkat berbasiskan pengetahuan,
kepercayaan tidak perlu rusak oleh perilaku yang tidak konsisten. Jika anda
yakin, anda dapat menjelaskan secara memadai atau memahami pelanggaran oleh
pihak lain yang tampak dari pihak, anda dapat menerimanya, memaafkan itu, dan
terus mempertahankan hubungan itu. Akan tetapi, inkonsistensi yang sama pada
tingkat ketakutan mungkin secara permanen menghancurkan kepercayaan.
3).
Kepercayaan berbasis pada identifikasi
tingkat kepercayaan paling tinggi
dicapai bila terdapat hubungan emosional antara dua pihak. Hal itu kemungkinan
satu pihak bertindak sebagai agen bagi pihak lain dan menggantikan orang itu
dalam transaksi interprasional. Ini disebut kepercayaan berbasis identifikasi.
Kepercayaan ini ada karna masing-masing pihak saling memahami maksud
masing-masing dan menghargai keiginan pihak lain. Pengertian ini berkembang ke
titik dimana masing-masing pihak dapat bertindak secara efektif bagi yang lain.
Pada tingkat ini terdapat tingkat kendali minimal. Anda tidak perlu memantau
pihak lain karena terdapat loyalitas yang tidak perlu dipertanyakan.
Contoh dari kepercayaan berbasis identifikasi adalah pasangan
suami istri yang telah lama menikah dan hidup berbahagia. Suami mempelajari apa
yang penting bagi istrinya dan mengantisipasi tindak-tindakan itu. Pada giliran
isteri percaya bahwa suami akan mengantisipasi apa yang penting baginya tanpa
harus meminta. Peningkatan identifikasi memungkinkan masing-msing pihak
berfikir seperti yang lain, merasa seperti yang lain, dan menanggapi seperti
yang lain.
Daftar Pustaka:
Robbins, Stephen. 2006. Perilaku Organisasi Edisi 10.
Klaten: Indeks Gramedia
Usman, Husaini. 2011. Manajemen Teori ,Praktek,dan Riset
Pendidikan Edisi 4. Jakarta: Bumi Aksara
http://ronawajah.wordpress.com/2013/01/19/membangun-kepercayaan-kepercayaan-karyawan